Filtra per genere
3829 - Khutbah Jumat: Janji Allah Untuk Orang Yang Bertakwa
0:00 / 0:00
1x
- 3829 - Khutbah Jumat: Janji Allah Untuk Orang Yang Bertakwa
Khutbah Jumat: Janji Allah Untuk Orang Yang Bertakwa ini merupakan rekaman khutbah Jum’at yang disampaikan oleh Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc. di Masjid Al-Barkah, Komplek Rodja, Kp. Tengah, Cileungsi, Bogor, pada Jum’at, 18 Ramadhan 1445 H / 29 Maret 2024 M.
Khutbah Jumat: Janji Allah Untuk Orang Yang Bertakwa
Janji Allah untuk orang-orang yang bertakwa sangatlah banyak di dalam Al-Qur’anul Karim. Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan dalam Surah At-Talaq misalnya,
…وَمَن يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجًا ﴿٢﴾ وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ…
“Siapa yang bertakwa kepada Allah, maka Allah akan berikan padanya jalan keluar dari kesulitan hidupnya. Dan Allah akan berikan rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka.” (QS. At-Talaq[65]: 2-3)
Allah juga berfirman,
…وَمَن يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَل لَّهُ مِنْ أَمْرِهِ يُسْرًا
“Siapa yang bertakwa kepada Allah, maka Allah jadikan urusannya mudah.” (QS. At-Talaq[65]: 4)
Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan dalam Al-Qur’an juga bagaimana keistimewaan orang-orang yang bertakwa, bahwasanya orang yang bertakwa itu adalah wali-wali Allah. Allah berfirman dalam Surah Yunus,
أَلَا إِنَّ أَوْلِيَاءَ اللَّهِ لَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ
“Ketahuilah wali-wali Allah tidak akan merasa takut dan tidak akan merasa bersedih hati di hari kiamat nanti.” (QS. Yunus[10]: 62)
Siapa mereka itu?
الَّذِينَ آمَنُوا وَكَانُوا يَتَّقُونَ
“Yaitu orang-orang yang beriman dan mereka bertakwa kepada Allah.” (QS. Yunus[10]: 63)
Bahkan orang yang paling mulia di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa kepada Allah. Allah berfirman,
…إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ…
“Sesungguhnya yang paling mulia di antara kalian yaitu yang paling bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.” (QS. Al-Hujurat[49]: 13)
Penduduk negeri yang bertakwa kepada Allah, Allah bukakan untuk mereka keberkahan dari langit dan bumi. Allah berfirman,
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَىٰ آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِم بَرَكَاتٍ مِّنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَٰكِن كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُم بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
“Kalaulah penduduk negeri itu semua beriman dan bertakwa kepada Allah, Kami akan bukakan pintu-pintu keberkahan dari langit dan bumi. Akan tetapi mereka mendustakan ayat-ayat Kami, maka Kami timpakan adzab Kami disebabkan perbuatan mereka.” (QS. Al-A’raf[7]: 96)
Allah Subhanahu wa Ta’ala juga menjanjikan bahwa sehebat apa pun makar dan tipu daya orang-orang kafirin, itu tidak akan pernah membahayakan orang-orang yang senantiasa bertakwa. Allah berfirman,
… وَإِن تَصْبِرُوا وَتَتَّقُوا لَا يَضُرُّكُمْ كَيْدُهُمْ شَيْئًا…
“Jika kalian terus bersabar dan terus bertakwa kepada Allah, niscaya tidak akan membahayakan tipu daya mereka kepada kalian (walaupun makar mereka bisa menghancurkan gunung sekalipun).” (QS. Ali ‘Imran[3]: 120)
Ini karena Allah senantiasa bersama orang-orang yang bertakwa, Allah akan bela orang yang bertakwa, Allah akan tolong orang yang bertakwa, Allah berfirman,
Fri, 29 Mar 2024 - 11min - 3828 - Keterampilan Meyakinkan Remaja
Keterampilan Meyakinkan Remaja merupakan kajian Islam ilmiah yang disampaikan oleh Ustadz Abu Ihsan Al-Atsaary dalam pembahasan Ada Apa dengan Remaja. Kajian ini disampaikan pada Selasa, 15 Ramadhan 1445 H / 26 Maret 2024 M.
Kajian Tentang Keterampilan Meyakinkan Remaja
Keterampilan meyakinkan yang dimaksud di sini adalah keterampilan mempengaruhi orang lain untuk mengarahkannya. Ada hadits nabi yang berbunyi,
إِنَّ مِنْ الْبَيَانِ لَسِحْرًا
“Sesungguhnya di antara retorika itu ada yang pengaruhnya seperti sihir.” (HR. Abu Dawud)
Yaitu bisa menyihir seseorang hingga mengikuti kata-kata kita tanpa dia sadari. Ini sebuah keterampilan yang harus kita pelajari.
Demikian pula, ketika kita menghadapi anak-anak remaja, kita tahu ayat yang berbunyi,
لَا إِكْرَاهَ فِي الدِّينِ…
“Tidak ada paksaan dalam agama.” (QS. Al-Baqarah[2]: 256)
Agama ini tidak perlu dipaksa-paksa. Masing-masing orang tentunya bertanggung jawab atas dirinya, dan kewajiban kita hanya menyampaikan saja. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
… فَإِنَّمَا عَلَيْكَ الْبَلَاغُ…
“Sesungguhnya kewajibanmu hanya menyampaikan.” (QS. Ar-Ra’d[13]: 40)
Akan tetapi, ketika berhadapan dengan anak, kadang-kadang kita tidak berdaya untuk bagaimana agar dia mau yakin terhadap apa yang kita katakan lalu mengikuti apa yang kita instruksikan. Maka perlu keterampilan meyakinkan mereka.
Sebagaimana sabda nabi di atas, bahwa di antara kata-kata itu ada yang pengaruhnya seperti sihir, bisa menyihir seseorang sehingga mengikuti kata-kata kita. Seperti seorang yang dihipnotis, lalu dia menuruti kata-kata yang menghipnotisnya, itu memang ada, dan pengaruhnya memang nyata.
Kita mempengaruhi pikiran mereka untuk mengikuti instruksi kita, hingga dia yakin apa yang kita sampaikan dan mau melakukan apa yang kita suruh. Barangkali sebagian kita memiliki kemampuan untuk berbicara dan pada saat yang sama memiliki kemampuan untuk mendengar dengan baik, seperti yang kita bahas pada bab-bab sebelumnya, namun kadang-kadang itu belum cukup untuk mempengaruhi atau merubah remaja itu ke arah yang kita harapkan. Penyebab dari hal tersebut adalah kelemahan dan kurangnya kemampuan kita untuk meyakinkannya. Lalu bagaimana caranya agar bisa meyakinkan mereka?
Ketika kita ingin mempengaruhi pandangan, keyakinan, dan perilaku seseorang, apalagi ini remaja yang sifatnya dinamis, maka kita perlu sadar bahwa tempat meyakinkan itu letaknya di hati, bukan paksaan dari luar. Artinya, nabi mengatakan,
أَلا إِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً
“Ingatlah, hati adalah panglima dari semua anggota tubuh manusia.”
Maka kalau ingin menaklukkan seseorang, taklukkan hatinya, dan itu yang dilakukan setan sebenarnya kepada manusia. Yang dilumpuhkan oleh setan adalah hati. Karena hati yang akan memerintahkan untuk melakukan atau tidak melakukan. Krena kalaulah dia mau melakukan apa yang kita perintahkan dengan keterpaksaan, itu tidak akan bertahan lama, bahkan nanti kontranya mungkin lebih dahsyat. Banyak anak-anak yang seperti itu; di depan orang tuanya dia melakukan dengan keterpaksaan, di belakang orang tuanya dia melakukan 180 derajat dari apa yang ditunjukkannya di depan orang tuanya.Thu, 28 Mar 2024 - 56min - 3827 - Diharamkannya Merendahkan Seorang Muslim
Diharamkannya Merendahkan Seorang Muslim adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan kitab Riyadhus Shalihin Min Kalam Sayyid Al-Mursalin. Pembahasan ini disampaikan oleh Ustadz Mubarak Bamualim, Lc., M.H.I. pada Selasa, 15 Ramadhan 1445 H / 26 Maret 2024 M.
Kajian sebelumnya: Larangan Tajassus
Kajian Tentang Diharamkannya Merendahkan Seorang Muslim
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu, beliau berkata bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda,
بِحَسْبِ امْرِئٍ مِنَ الشَّرِّ أَنْ يَحْقِرَ أَخَاهُ المُسْلِمَ
“Cukuplah bagi seorang merupakan satu keburukan baginya ketika dia merendahkan saudaranya sesama muslim.” (HR. Muslim)
Hadits ini menjelaskan tentang sebuah sifat yang buruk, yaitu menghinakan, merendahkan, dan meremehkan saudaranya sesama muslim. Hanya Allah Subhanahu wa Ta’ala yang mengetahui segala hal tentang hamba-hambaNya. Kita terkadang membanggakan dan menomorsatukan diri kita, lalu menganggap sesama muslim sebagai orang yang rendah atau terbelakang daripada diri kita. Ini adalah perbuatan yang jelek dan buruk. Maka jangan sampai seorang muslim melebihkan dirinya dan merendahkan orang lain.
Para Salaf dahulu adalah contoh orang-orang yang rendah hati dan tawadhu. Padahal mereka adalah orang-orang yang shalih dan bertakwa kepada Allah. Di antara mereka mengatakan, “Seandainya dosa adalah sesuatu yang ada baunya, maka tidak akan ada manusia yang mendekati diriku.” Ini menunjukkan bahwa mereka rendah hati.
Bahkan, ada di antara Salaf yang berdoa di hari Arafah, “Ya Allah, janganlah Engkau mengharamkan ampunan dan kebaikanMu kepada hamba-hambaMu yang datang di Arafah ini hanya karena dosa yang aku lakukan.” Mereka selalu merendahkan diri.
Kita yang sering membicarakan Manhaj Salaf sudah seyogyanya menjadi contoh yang baik di tengah masyarakat dalam akhlak yang mulia, rendah hati, dan tidak merasa diri yang paling tinggi ilmunya. Orang yang rendah hati bukan berarti terhina; sebaliknya, orang yang tawadhu akan ditinggikan derajatnya di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Hadits berikutnya:
Dari Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu ‘Anhu, dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, beliau bersabda,
لا يَدْخُلُ الجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ!
“Tidak masuk surga orang yang dalam hatinya ada seberat atom kesombongan.”
Maka seorang sahabat bertanya, “Sesungguhnya seseorang senang kalau bajunya bagus, sepatunya juga bagus, apakah ini termasuk kesombongan?” Maka nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menjawab,
إنَّ اللهَ جَمِيلٌ يُحِبُّ الجَمَالَ، الكِبْرُ: بَطَرُ الحَقِّ، وَغَمْطُ النَّاسِ
“Sesungguhnya Allah Maha Indah, dan Allah menyukai keindahan. Kesombongan itu adalah menolak kebenaran dan meremehkan manusia.” (HR. Muslim)
Bagaimana penjelasan lengkapnya? Mari download dan simak mp3 kajian kajian yang penuh manfaat ini.
Download MP3 Kajian
Wed, 27 Mar 2024 - 1h 08min - 3826 - Keutamaan Surah Al-Fath
Keutamaan Surah Al-Fath adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah tematik oleh Ustadz Abu Ya’la Kurnaedi, Lc. pada Senin, 14 Ramadhan 1445 H / 25 Maret 2024 M.
Kajian Tentang Keutamaan Surah Al-Fath
Telah mengabarkan kepada kami [Isma’il] ia berkata, Telah mengabarkan kepadaku [Malik] dari [Zaid bin Aslam] dari [ayahnya] bahwasanya; Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pernah berjalan di sebagian safarnya. Dan Umar bin Al Khaththab pernah berjalan bersama beliau di suatu malam, kemudian Umar bertanya tentang sesuatu, namun Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tidak menjawabnya. Kemudian Umar bertanya lagi, dan beliau tidak menjawabnya. Lalu bertanya lagi, tetapi beliau tidak menjawabnya. Maka [Umar] pun berkata, “Merugi sekali engkau Umar, engkau bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sampai tiga kali, tapi semuanya tidak dipedulikan.” Kemudian Umar berkata; “Maka aku gerakkan Untaku sampai berada di depan manusia, dan aku khawatir Al-Qur’an turun tentangku. Aku tak peduli suara teriakan.” Umar melanjutkan, “Sungguh, aku khawatir Al-Qur’an turun tentangku. Maka aku segera mendatangi Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam lalu mengucapkan salam kepada beliau. Beliau bersabda,
لَقَدْ أُنْزِلَتْ عَلَيَّ اللَّيْلَةَ سُورَةٌ لَهِيَ أَحَبُّ إِلَيَّ مِمَّا طَلَعَتْ عَلَيْهِ الشَّمْسُ ثُمَّ قَرَأَ إِنَّا فَتَحْنَا لَكَ فَتْحًا مُبِينًا
“Sesungguhnya telah turun kepadaku di malam hari, surat itu yang lebih aku sukai, daripada terbitnya matahari.’ Kemudian beliau pun membacakannya pada kami: ‘INNAA FATAHNAA LAKA FATHAN MUBIINAA (QS. Alfath).” (HR. Bukhari)
Surah Al-Fath merupakan surah yang sangat agung yang turun kepada Rasul Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Beberapa faedah yang bisa kita ambil dari hadits ini, sebagaimana yang disebutkan oleh Syaikh Muhammad bin Shalih Utsaimin Rahimahullahu Ta’ala.
Mencela diri sendiri
Seseorang bisa marah pada dirinya sendiri dan mencela dirinya sendiri. Umar Radhiyallahu ‘Anhu berjalan bersama Rasul Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam di suatu malam. Umar bertanya kepada Rasul Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, tidak dijawab. Umar tidak marah kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Umar mencela dirinya sendiri dan marah pada dirinya.
Umar berkata, “Akilatka ummuka, merugilah engkau, wahai Umar.” Kemudian faedah yang kedua, tidak menjawab ghair lilahatiaslahatin li Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam lamallahu ahu Alaihi wasall ahsan ak lakinlahu allibahu, inam yakun hunakaun ini faedah yang kedua, tidak menjawab pertanyaan orang lain karena ada sebuah maslahat, jadi boleh tidak menjawab pertanyaan orang kalau ada suatu maslahat.
Tidak menjawab pertanyaan karena ada maslahat
Rasul Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ditanya oleh Umar, sedangkan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tidak menjawabnya. Padahal kita sama-sama tahu bahwa Umar merupakan sahabat yang paling dicintai oleh Rasulullah setelah Abu Bakar. Dan kita tahu bahwa Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam adalah nabi yang paling bagus akhlaknya. Akan tetapi ada maslahat yang menuntut beliau tidak menjawab di sini.
Kita yakin bahwa Rasul tidak menjawab karena tentunya ada maslahat tertentu. Walaupun mungkin kita tidak tahu udzurnya. Jadi tidak semua pertanyaan itu harus di jawab,Wed, 27 Mar 2024 - 51min - 3825 - Talbis Iblis Terkait Syathah atas Kaum Sufi
Talbis Iblis Terkait Syathah atas Kaum Sufi ini adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan kitab Talbis Iblis. Pembahasan ini disampaikan oleh Ustadz Abu Ihsan Al-Atsaary pada Senin, 14 Ramadhan 1445 H / 25 Maret 2024 M.
Kajian tentang Penyimpangan Kaum Sufi Terhadap Doa
Syathah adalah sesuatu yang lemah dan kurang. Namun yang dimaksud di sini adalah perkataan yang diucapkan oleh seseorang yang dalam kondisi seperti tidak sadar, berupa kata-kata yang receh, konyol, atau ngawur. Mungkin kita semua pernah mendengar ungkapan dari mereka, seperti “Aku tidak berharap masuk surga dan tidak takut masuk neraka”. Ini disebut sebagai sebuah perkara syathah.
Mungkin orang yang mengucapkannya tidak tahu apa yang diucapkannya, tidak tahu apa kandungan perkataan kalimat yang terlontar dari lisannya, dan bisa jadi itu adalah kata-kata yang kufur. Tapi begitulah karena kejahilan. Sebagian orang kadang-kadang meracau dan mengatakan kata-kata yang konyol dan berbahaya, bisa membatalkan imannya.
Ibnul Jauzi mengatakan bahwa ilmu syar’i akan menumbuhkan perasaan takut, sehingga muncul kehati-hatian dan memandang rendah kepada diri sendiri, dan akan membentuk sikap lebih banyak menahan kata-kata. Hal ini sebagaimana kata Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam,
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ
“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah ia berkata yang baik atau diam.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Rasa takut inilah yang mendorong mereka untuk menahan kata-kata. Perhatikan kondisi para Salaf, kita pasti merasakan bahwa rasa takut telah menguasai hati mereka. Hingga mereka jauh dari ungkapan yang mengada-ngada. Seperti perkataan Umar bin Khattab, “Celakalah Umar jika tidak diampuni.” Demikian juga Abdullah bin Mas’ud, “Andai saja aku tidak dibangkitkan lagi setelah mati.” Demikian juga perkataan Aisyah, “Andai saja aku bisa menjadi orang yang tidak diperhatikan dan orang yang dilupakan.” Ini menunjukkan ketawaduan dan kerendahan diri, merasa bahwa mereka bukan apa-apa. Walaupun kita tahu kedudukan mereka luar biasa. Tapi mereka tidak menganggap suatu hal yang besar bagi diri mereka. Dan itu tidak menurunkan kadar mereka.
Sufyan Ats-Tsauri saat ajal menjemputnya bertanya kepada Hammad bin Salamah, “Apa kamu mengira orang seperti aku akan diampuni?” Mungkin beliau teringat dosa-dosa, lalu beliau berkata perkataan seperti itu.
Ibnul Jauzi mengatakan bahwa kata-kata seperti itu muncul dari para imam kaum muslimin. Hal ini karena kuatnya ilmu mereka tentang Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan kekuatan ilmu itu bisa memunculkan perasaan takut kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sehingga memunculkan ketawadhuan di hadapan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan di hadapan manusia.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
…إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ…
“Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hambaNya, hanyalah ulama.” (QS. Fathir[35]: 28)
Ilmu yang mereka miliki mendorong mereka untuk takut kepada Allah daripada yang lainnya. Karena semakin tinggi ilmu seorang tentang Allah, maka semakin tebal rasa takutnya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala...Tue, 26 Mar 2024 - 37min - 3824 - Mengucapkan Salam Ketika Selesai Shalat
Mengucapkan Salam Ketika Selesai Shalat merupakan bagian dari kajian Islam ilmiah Mukhtashar Shahih Muslim yang disampaikan oleh Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc. Hafidzahullah. Kajian ini disampaikan pada Sabtu, 12 Ramadhan 1445 H / 23 Maret 2024 M.
Bershalawat Atas Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dalam Shalat
Bab makruhnya berisyarat dengan tangan saat mengucapkan salam ketika selesai shalat.
Hadits 311:
عَنْ جَابِرِ بْنِ سَمُرَةَ ﵁ قَالَ كُنَّا إِذَا صَلَّيْنَا مَعَ رَسُولِ اللهِ ﷺ قُلْنَا السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَأَشَارَ بِيَدِهِ إِلَى الْجَانِبَيْنِ فَقَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ “عَلَامَ تُومِئُونَ بِأَيْدِيكُمْ”؟ وفي رواية “مالي أراكم رافعي أيديكم كَأَنَّهَا أَذْنَابُ خَيْلٍ شُمْسٍ وإِنَّمَا يَكْفِي أَحَدَكُمْ أَنْ يَضَعَ يَدَهُ عَلَى فَخِذِهِ ثُمَّ يُسَلِّمُ عَلَى أَخِيهِ مَنْ عَلَى يَمِينِهِ وَشِمَالِهِ”.
Dari Jabir bin Samurah -semoga Allah meridhainya-, ia berkata, “Kami apabila shalat bersama Rasulullah ﷺ, kami mengucapkan salam ‘Assalamu ‘alaikum wa rahmatullah’, ‘Assalamu ‘alaikum wa rahmatullah’ sambil berisyarat dengan tangan ke kanan dan ke kiri. Lalu Rasulullah ﷺ bersabda, ‘Untuk apa kalian berisyarat dengan tangan-tangan kalian itu?” (HR. Muslim)
Dalam satu riwayat yang lain, Rasulullah ﷺ bersabda, “Mengapa aku melihat kalian berisyarat dengan tangan seperti ekor kuda yang selalu bergerak? Sesungguhnya cukup bagi salah satu dari kalian untuk meletakkan tangannya di atas pahanya, kemudian ia mengucapkan salam kepada saudaranya yang di kanan dan di kirinya.” (HR. Muslim)
Lafadz ucapan salam dalam shalat
Lafadz dalam mengucapkan salam yang biasa diucapkan oleh para sahabat juga Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yaitu ucapan “Assalamualaikum warahmatullah” ke kanan dan ke kiri. Pernah kita bahas mengenai tambahan “wa barakatuh”, apakah tambahan “wa barakatuh” itu adalah tambahan yang bisa diterima atau tidak? Jumhur (kebanyakan) ulama mengatakan bahwa itu riwayatnya tidak shahih dan bahwa itu adalah hadits yang syadz. Sementara Syaikh Albani Rahimahullah dan sebagian ulama berpendapat bahwa itu haditsnya Hasan dan bisa diterima. Jadi terjadi perselisihan tentang tambahan “wa barakatuhu”.
Demikian pula riwayat yang menyebutkan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menengok ke kanan “Assalamualaikum warahmatullah” ke kiri “Assalamualaikum”. Apakah itu juga riwayat yang shahih atau tidak? Kebanyakan ulama berpendapat bahwa itu riwayat yang tidak shahih juga. Makanya kebanyakan ulama mengatakan bahwa yang shahih adalah ini saja: “Assalamualaikum warahmatullah” dan “Assalamualaikum warahmatullah”, karena itu kebanyakan riwayat dan itu yang dilakukan oleh para sahabat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Yang jelas ini memang masalah khilafiah karena berhubungan dengan shahih atau tidaknya riwayat-riwayat tersebut.
Larangan tasyabuh dengan hewan
Nabi di sini menegur para sahabat ketika mengucapkan salam “Assalamualaikum warahmatullah”. Mereka berisyarat dengan tangannya ke kanan, ketika salam ke kiri mereka berisyarat dengan tangannya ke kiri. Lalu nabi mengatakan, “Kenapa kalian melakukan itu bagaikan ekor...Tue, 26 Mar 2024 - 22min - 3823 - Khutbah Jumat: Ramadhan adalah Hadiah dari Allah
Khutbah Jumat: Ramadhan adalah Hadiah dari Allah ini merupakan rekaman khutbah Jum’at yang disampaikan oleh Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc. di Masjid Al-Barkah, Komplek Rodja, Kp. Tengah, Cileungsi, Bogor, pada Jum’at, 11 Ramadhan 1445 H / 22 Maret 2024 M.
Khutbah Khutbah Jumat: Ramadhan adalah Hadiah dari Allah
Ramadhan adalah hadiah Allah untuk kita, saudaraku. Kenikmatan yang besar. Karena di bulan Ramadhan banyak sekali pemberian-pemberian yang ingin Allah berikan kepada kita. Di antaranya adalah Allah ingin memberikan kepada kita ampunanNya. AmpunanNya yang besar tentunya sangat kita butuhkan. Karena sesungguhnya orang yang tidak diampuni oleh Allah tentu dia tidak akan merasakan surgaNya.
Saudaraku, ibadah shiyam merupakan ibadah yang agung, ibadah sangat Allah cintai, bahkan ibadah yang tidak ada tandingan. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda,
عليك بالصَّومِ فإنَّه لا مثلَ له
“Hendaklah kalian berpuasa sesungguhnya ia tidak ada yang sama dengannya.” (HR. An-Nasa’i)
Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengabarkan dalam hadits ini bahwa ibadah puasa tidak ada yang sama dengannya. Itu menunjukkan betapa agung dan besarnya puasa di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala. Allah Ta’ala berfirman dalam hadits qudsi,
كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ الْحَسَنَةُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعمِائَة ضِعْفٍ ، قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ : إِلَّا الصَّوْمَ فَإِنَّهُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ
“Semua amal Bani Adam akan dilipat gandakan kebaikan sepuluh kali sampai tujuh ratus kali lipat. Allah ‘Azza wa Jallah berfirman, ‘Kecuali puasa, maka ia untukKu dan Aku yang akan memberikan pahalanya.’” (HR. Muslim)
Subhanallah, betapa agungnya puasa di sisi Allah. Oleh karena itu, janji Allah untuk orang yang berpuasa pun sangat besar. Rasul kita yang mulia ‘Alaihish Shalatu was Salam bersabda,
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Siapa yang puasa Ramadhan karena iman dan berharap pahala, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Saudaraku, untuk mendapatkan pahala yang besar ini, yaitu ampunan, hendaklah memenuhi dua perkara tadi. Yang pertama, karena iman; kita beriman bahwa ini perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala yang wajib kita taati, kita beriman bahwa perintah Allah pasti maslahat untuk kehidupan manusia, kita beriman bahwa puasa di bulan Ramadhan itu adalah kebaikan yang Allah inginkan kepada kita. Ketika kita beriman kepada Allah, kepada hari akhirat, dan bahwasanya kita berharap pahala di sisi Allah, maka saat itulah Allah akan memberikan kepada kita ampunanNya yang besar.
Namun, tentunya dalam Islam tidak mungkin ibadah puasa kita akan diterima oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala kecuali memenuhi beberapa syarat. Yang pertama, ikhlas mengharapkan wajah Allah Subhanahu wa Ta’ala saja. Kita tidak mengharapkan dunia, tidak mengharapkan pujian manusia. Kemudian, yang kedua, sesuai dengan tuntunan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Karena ibadah yang tidak sesuai dengan tuntunan Rasulullah tidak akan diterima oleh Allah. Rasul kita yang mulia ‘Alaihish Shalatu was Salam bersabda,
مَنْ عَمِلَ عَمَلًا لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ
“Siapa yang mengamalkan suatu amalan yang tidak ada di atasnya perintah kami, maka ia tidak akan diterima,Fri, 22 Mar 2024 - 10min - 3822 - Larangan Tajassus
Larangan Tajassus adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan kitab Riyadhus Shalihin Min Kalam Sayyid Al-Mursalin. Pembahasan ini disampaikan oleh Ustadz Mubarak Bamualim, Lc., M.H.I. pada Selasa, 8 Ramadhan 1445 H / 19 Maret 2024 M.
Kajian sebelumnya: Dosa Tidak Diampuni Akibat Permusuhan
Kajian Tentang Larangan Tajassus
Pada pertemuan terakhir kita telah membahas tentang larangan tajassus, yaitu memata-matai keburukan seseorang, baik itu dengan mata penglihatan maupun dengan pendengaran. Ini hal yang dilarang oleh agama Allah. Karena setiap orang pada dasarnya memiliki aib dan dia memiliki cacat. Tidak ada orang yang sempurna di muka bumi ini. Masing-masing mempunyai kekurangan dan aib. Bahkan sebagian salaf dahulu ketika menggambarkan tentang diri mereka dimana ini menunjukkan bagaimana sikap dan perilaku tawadhu dan ketakwaan mereka kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, sampai ada di antara mereka yang mengatakan, “Seandainya dosa itu merupakan sesuatu yang tercium baunya, maka tidak ada seorang pun yang akan mendekati aku.” Ini menunjukkan bagaimana takwanya mereka pada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Sifat ini seyogianya harus kita selalu tanamkan dalam diri kita. Bertakwa dengan melaksanakan perintah-perintah Allah, menjauhi larangan-larangan Allah, memberikan hak kepada setiap yang berhak, mencintai kaum muslimin dengan menginginkan kebaikan bagi mereka. Seorang mukmin mencintai saudaranya. Ketika dia melihat aib saudaranya, maka dia berupaya untuk menutupi aib saudaranya, bukan dia menyebarkan dan membesar-besarkan kepada manusia. Karena tidak ada seorang pun yang luput dari perbuatan dosa dan kemaksiatan.
Maka apabila seorang telah menutupi aibnya, sudah seyogianya seorang muslim yang mengetahui aib orang itu juga menutupinya. Lain halnya dengan orang yang melakukan perbuatan munkar secara terang-terangan dilihat oleh manusia, ini lain perkaranya.
وعن معاوية – رضي الله عنه – قَالَ: سَمِعْتُ رسولَ اللهِ – صلى الله عليه وسلم – يقول: «إنَّكَ إنِ اتَّبَعْتَ عَوْرَاتِ المُسْلِمينَ أفْسَدْتَهُمْ، أَوْ كِدْتَ أَنْ تُفْسِدَهُمْ».
Dari Mu’awiyah Radhiyallahu ‘Anhu, dia berkata, “Aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, ‘Sesungguhnya engkau itu jika terus membuntuti -mencari-cari- aib -kekurangan- kaum Muslimin, berarti engkau telah merusak mereka atau sudah mendekati engkau merusak mereka.'” (HR. Abu Dawud)
Hadits ini menjelaskan kepada kita bagaimana keinginan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam supaya komunitas kaum muslimin senantiasa terjaga dan terpelihara. Sehingga, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengarahkan dan membimbing umat ini . Manusia yang paling mencintai umatnya adalah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Beliau mengatakan, “Sesungguhnya jika engkau selalu dan terus-terusan mengikuti/membuntuti aib-aib orang-orang Muslimin, berarti engkau telah merusak mereka.”
Dikatakan oleh nabi bahwa dia telah merusak. Karena dengan terbukanya aib seseorang, berarti kehormatan orang ini akan rusak. Oleh karena itu dilarang oleh Nabi ‘Alaihish Shalatu was Salam. Seorang lebih baik mengintrospeksi dan memeriksa dirinya, daripada memantau kesalahan-kesalahan dan aib-aib seorang seorang mus...Fri, 22 Mar 2024 - 1h 16min - 3821 - Kisah Ummu Sulaim
Kisah Ummu Sulaim adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah tematik oleh Ustadz Abu Ya’la Kurnaedi, Lc. pada Senin, 7 Ramadhan 1445 H / 18 Maret 2024 M.
Kajian Tentang Kisah Ummu Sulaim
Kita akan membahas hadits muttafaq ‘alaih, dari Anas bin Malik tentang doa Rasul kita Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam untuk beliau tentang doa keberkahan. Kita bahas hadits ini di bulan yang yang penuh berkah ini bulan Ramadhan.
Dari Anas -semoga Allah meridhai beliau,
عن أم سليم، أنها قالت: يا رسول الله أنس خادمك ادع الله له. قال: «اللهم أكثر ماله وولده، وبارك له فيما أعطيته»
Dari Ummu Sulaim, bahwa dia berkata, “Wahai Rasulullah, ini adalah Anas dan dia sebagai pembantu yang ingin berkhidmah kepadamu, berdoalah kepada Allah untuknya.” Kemudian Rasul Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mendoakan, “Ya Allah perbanyaklah hartanya dan anak-anaknya serta berikanlah keberkahan dari apa yang Engkau berikan kepadanya.” (Muttafaqun ‘alaih)
Ummu sulaim menjadikan Anas bin Malik sebagai khadimnya Rasul Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ketika umurnya 10 tahun. Yaitu sejak Rasul Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam datang ke Madinah sampai beliau meninggal.
Faedah yang bisa kita ambil dari hadits yang mulia ini adalah:
Perhatian Ummu Sulaim kepada anaknya
Ummu Sulaim begitu sangat sayang dan perhatian terhadap putranya yang bernama Anas. Tidak menikah kecuali kalau Anas sudah mulai besar. Setelah mencapai usia 10 tahun, beliau membawa Anas kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Tujuannya adalah supaya putranya ini mendapatkan kemuliaan mulazamah bersama Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, dan berkhidmah di rumah kenabian. Kemudian, dia pun meminta kepada Rasul Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam agar didoakan untuk Anas.
MasyaAllah, ini ibu yang sangat cerdas. Perhatikan perjalanan Ummu Sulaim, sangat baik untuk para wanita, mudah-mudahan bisa mengikuti perjalanan para sahabat wanita Rasulillah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Mendoakan sesama muslim
Di syariatkannya seorang muslim mendoakan saudaranya untuk mendapatkan kebaikan dunia dan akhirat. Juga berdoa agar diberi banyak harta dan banyak anak. Hal tersebut tidak menafikan kebaikan akhirat. Karena sebaik-baik harta adalah untuk orang yang shalih. Sedangkan harta yang baik dan anak yang shalih merupakan hal yang bisa membantu seseorang menuju kebaikan akhirat.
Meminta keberkahan
Di antara adab yang bagus ketika berdoa dengan sesuatu yang ada kaitannya dengan dunia, hendaknya digabungkan dengan minta keberkahan. Lihatlah Rasul Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tidak berhenti di kalimat “Ya Allah banyakkan untuk Anas harta dan anaknya.” Tapi Rasul Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mendoakan beliau juga akan keberkahan dari apa yang Allah anugerahkan kepada Anas. Jadi, seandainya kita minta dunia kepada Allah, minta agar kita diberkahi.
Ketika harta dan anak diberkahi, maka tidak ada fitnah di situ, tidak ada kemudharatan, tidak ada kelalaian dalam hak siapapun, dan tidak terkena penyakit/bencana/kemudharatan yang macam-macam. Anas dan anak-anaknya merupakan rahmat, kebaikan dan bermanfaat, tidak ada kemudaratan. Semuanya hafal Qur’an dan meriwayatkan ilmu.
Tanda kebenaran kenabian Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sal...Thu, 21 Mar 2024 - 45min - 3820 - Doa Setelah Wudhu
Doa Setelah Wudhu ini merupakan bagian dari kajian Islam ilmiah Fiqih Doa dan Dzikir yang disampaikan oleh Ustadz Abdullah Zaen, M.A. Hafidzahullah. Kajian ini disampaikan pada Senin, 7 Ramadhan 1445 H / 18 Maret 2024 M.
Kajian Tentang Doa Setelah Wudhu
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda,
مَا مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ يَتَوَضَّأُ فَيُبْلِغُ -أَوْ فَيُسْبِغُ- الْوَضُوءَ ثُمَّ يَقُولُ : أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ إِلَّا فُتِحَتْ لَهُ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ الثَّمَانِيَةُ يَدْخُلُ مِنْ أَيِّهَا شَاءَ
“Siapapun di antara kalian yang berwudhu dengan sempurna, kemudian membaca doa أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ maka Allah akan membukakan untuknya delapan pintu surga dan dia boleh masuk lewat pintu manapun.” (HR. Muslim)
Dalam riwayat At-Tirmidzi, disebutkan bahwa setelah membaca tadi, lalu membaca, اللَّهُمَّ اجْعَلْنِي مِنْ التَّوَّابِينَ وَاجْعَلْنِي مِنْ الْمُتَطَهِّرِينَ. Tapi menurut Ibnu Hajar riwayat ini dhaif, sedangkan menurut Syaikh Al-Albani shahih.
Jadi doa yang diajarkan oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam setelah wudhu adalah,
أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ اللَّهُمَّ اجْعَلْنِي مِنْ التَّوَّابِينَ وَاجْعَلْنِي مِنْ الْمُتَطَهِّرِينَ
Bagaimana penjelasan lengkapnya? Mari download mp3 kajian yang penuh manfaat ini.
Download mp3 Kajian
Mari turut membagikan link download kajian “Doa Setelah Wudhu” ini ke jejaring sosial Facebook, Twitter atau yang lainnya. Semoga menjadi pembuka pintu kebaikan bagi kita semua. Jazakumullahu Khairan.
Wed, 20 Mar 2024 - 46min
Mostra altri episodi
5Podcast simili a <nome>
- El Partidazo de COPE COPE
- Herrera en COPE COPE
- The Dan Bongino Show Cumulus Podcast Network | Dan Bongino
- Es la Mañana de Federico esRadio
- La Noche de Dieter esRadio
- Hondelatte Raconte - Christophe Hondelatte Europe 1
- Firanda Andirja Official Firanda Andirja
- Kajian Ustadz Khalid Basalamah Kajian Islam
- Dateline NBC NBC News
- 財經一路發 News98
- La rosa de los vientos OndaCero
- Más de uno OndaCero
- La Zanzara Radio 24
- L'Heure Du Crime RTL
- El Larguero SER Podcast
- Nadie Sabe Nada SER Podcast
- SER Historia SER Podcast
- Todo Concostrina SER Podcast
- TED Talks Daily TED
- アンガールズのジャンピン[オールナイトニッポンPODCAST] ニッポン放送
- 辛坊治郎 ズーム そこまで言うか! ニッポン放送
- 飯田浩司のOK! Cozy up! Podcast ニッポン放送
- 吳淡如人生實用商學院 吳淡如
- 武田鉄矢・今朝の三枚おろし 文化放送PodcastQR